Berapa usia yang tepat untuk
menikah?
Tentu saja jawaban setiap orang
akan berbeda-beda sesuai dengan pertimbangan mereka mulai dari kesiapan mental,
pekerjaan ,keluarga, teempat tinggal dan faktor lainnya. Pada umumnya seseorang
menikah pada usia 20 an (18-27 tahun). Namun, ada juga yang menikah di luar
usia tersebut karena pertimbangan lain termasuk belum menemukan jodohnya. Sebnarnya
tidak masalah mau menikah muda maupun tidak karena yang menjalani pernikahan
adalah orang tersebut bukan orang yang berada di sekitarnya. Sehingga seseorang
perlu bersabar atau mengabaikan berbagai komentar miring dari sekitar hanya
karena belum menikah saat teman-teman seuisianya sudah menikah dan memiliki
anak. Menurutku sedikit menunda pernikahan untuk menyiapkan pernikahan itu
lebih baik daripada terburu menikah karena tidak tahan dengan pertanyaan kapan
nikah. Menikah itu sesuatu yang sakral dan harus di jaga dengan sebaik-baiknya
sehingga untuk membuat keputusan ke arah sana pun juga memerlukan pertimbangan
yang baik.
Lalu bagaiamana dengan aku
sendiri?
Kalau aku tipe orang yang tidak
ingin terburu-buru dengan pernikahan karena aku tidak ingin membuat keputusan
secara gegabah untuk hal yang besar seperti pernikahan. Aku ingin mempersiapkan
diri terlebih dahulu sebelum menikah. Ada hal-hal yang perlu aku tuntaskan dulu
sebelum mneikah seperti harus lulus kuliah terlebih dahulu sehingga tidak
menjadi beban finansial saat menikah. Walaupun ada beberapa orang yang
memutuskan untuk menikah selama masih kuliah ya menurutku tidak masalah selama
mereka mampu menjalaninya. Kemudian aku ingin belajar mengotrol hobiku sebelum
menikah karena terkadang hobi yang di lakukan oleh seorang suami membutuhkan
waktu yang cukup banyak sehingga mengurangi kebersamaan bersama keluarga. Dan
tak jarang hal itu bisa berubah menjadi sebuah konflik antara suami dan istri.
Terutama hobi yang membutuhkan banyak uang misalnya memelihara ikan hias, memnbeli
bunga ias yang mahal, membeli perlengkapan kendaraan yang mahal dan lain-lain.
Walaupun hobiku adalah menulis dan tak menghabiskan banyak biaya tetapi cukup
menyita waktu terutama tulisan yang aku posting di media sosial. Sebelum
menikah aku ingin memuaskan diri dengan berbagai karya terlebih dahulu mulai
dari tulisan, desain canva, video dan lain-lain. Sehingga ketika menikah nanti
bisa meluangkan waktu seperlunya untuk hobiku karena sebagian besar hobiku
sudah aku curahkan sebelum aku menikah.
Lalu apa yang sudah aku
persiapkan untuk pernikahan ?
Karena pernikahan adalah sebuah
keputusan besar seumur hidup maka untuk menjemputnya juga memerlukan beberapa
persiapan, lalu apa sajakah yang sudah aku persiapkan sebelum menuju pernikahan
:
Mengikuti webinar parenting
Dulu aku berpikir kalau nanti
setelah menikah akan mulai belajar ilmu-ilmu tentang pernikahan sehingga
ilmunya bisa langsung terpakai. Tapi seiring berjalannya waktu aku sering
melihat adanya berbagai permasalahan yang terjadi dalam pernikahana seseorang
seperti kesalahpahaman dalam memahami perbedaan gaya komunikasi suami dan
istri, kesalahan pola asuh yang terjadi secara turun menurun, konflik ekonomi,
keluarga besar dan berbagai konflik lain yang selalu terulang-ulang. Hal itu
menyadarkanku kalau aku harus mulai mempelajari ilmunya mulai dari sebelum
menikah. Walaupun ilmunya belum bisa terpakai sekarang tapi setidaknya sudah
menyiapkan bekal, mengetahui gambaran tentang dunia pernikahan. Adapun beberapa
usaha yang sudah ku lakukan seperti mengikuti kuliah whatsapp maupun telegram
yang membahas tentang pernikahan, aku juga mengikuti kelas pranikah secara
online. Walaupun nanti akan ada ilmu
yang terlupakan atau tidak bisa di praktekan secara langsung tapi aku bisa
membuka kembali materinya agar bisa mengingat sesuatu yang pernah aku pelajari
dan mencoba mempraktekkannya lagi.
Ah, itu kan hanya teori saja
ilmunya?
Ilmunya memang bebentuk teori
tapi sudah di praktekkan oleh pematerinya sehingga sudah ada yang
membuktikannya. Minimal dengan memahami gambarannya akan mempermudah kita dalam
mengambil keputusan ketika terjadi sesuatu di dalam pernikahan.
Menghindari akun-akun baper
Banyak sekali jenis akun yang
terdapat di instagram mulai akun edukasi, hiburan, akun baper, kontovesi, bisnis
dan berbagai jenis akun lainnya. Sebelum menikah sebisa mungkn perlu belajar
untuk unfollow akun-akun yang membuat kita terbawa rasa atau baper melihat
konten uwu. Hal ini bertujuan untuk menghindari akal dan hati dari banyak
berkhayal dan sulit menerima kenyataan yang ada. Sebenarnya boleh saja kita
membaca microblog atau akun-akun yang membahas seputar pernikahan tapi kita
perlu pandai-pandai dalam memilih akun, pilih akun yang isinya cenderung pada
ilmu atau berbagi pengalaman tanpa banyak meromantisasi kejadian karena dengan
adanya akun yang lebih banyak berisi ilmu akan membuat kita bertambaha wawasan
kita untuk mempersiapkan masa depan.
Berdamai dengan masa lalu
Kita hidup dalam tiga waktu yaitu
hari kemarin/masa lalu, hari ini dan hari esok/masa depan. Tak jarang berbagai
hal yang sudah pernah terjadi di masa lalu membayang-bayangi langkah perjalanan
hidup kita. Ada perasaaan khawatir kejadian di masa lalu terulang lagi, ada
perasaan yang belum selesai, dan berbagai keresahan yang terbawa-bawa sampai
hari ini bahkan masa depan. Dan semua itu adalah pr-pr yang harus di selesaikan
sebelum menuju ke jenjang pernikahan agar tidak menambah pr-pr dalam
pernikahan.
Belajar menahan diri
Setiap hari selalu ada hal-hal
yang berada di luar ekspetasi atau harapan kita. Ada hal-hal yang ingin sekali
kita komentari bagian-bagian yang kurang kita sukai. Jika hal itu kita biarkan
maka bisa menjadi pemantik berbagai konflik dalam pernikahan. Sehingga sebelum
menikah perlu belajar menahan diri agar tidak mudah mencela atau mengomentari
sesuatu yang kurang sesuai dengan keinginan kita. Sebenarnya menahan diri itu
luas , tak hanya menahan diri dari hal-hal yang kurang kita sukai tapi juga
menahan diri dari sikap mudah berjanji,
berhutang, lari dari permasalahan, dan berbagai sifat negatif lainnya.
Berkomunikasi dengan orang tua
Sebenarnya hal ini sangat penting
sekali untuk menyamakan pola pikir antara orang tua dan anak tentang kriteria
pasangan yang tepat untuk anaknya karena tak jarang ada kejadian seorang
menantu tidak cocok dengan keluarga suaminya. Sehingga di perlukan adanya
komunikasi sebelum menuju ke pernikahan supaya bisa sama-sama saling menerima
dan memahami perbedaan yang ada diantara dua keluarga. Namun, untuk hal ini
belum bisa ku lakukan saat ini karena aku masih berada di semester akhir dan
belum memiliki pekerjaan sehingga belum cukup alasan yang kuat untuk
membahas hal ini. Aku memiliki rencana
agar kelak saat sudah bekerja aku akan membuka pembicaraan tentang hal ini.
Semoga saja sempat.
Nah, itu tada adalah beberapa hal
yang au persiapkan sebelum menuju ke jenjang pernikahan. Dan setiap orang
tentunya memiliki persiapan yang berbed-beda. Apapun itu persiapannya tetaplah
menjadi sesutu yang penting sebelum mengambil keputusan besar yang bernama
pernikahan. Semoga Allah memudahkan langkah-langkah kita dalam mempersiapkan
diri menuju pernikahan sehingga bisa memiliki keluraga yang sakinah, mawaddah
dan warahmah. Aamiin.