Tulisan Hari Ke Dua Puluh Tiga – Yang Tak Terucap


 Pernahkah kau merasa hatimu tiba-tiba menghangat setiap kali mengingat nama seseorang?

Seseorang yang mungkin sudah lama kau kenal tapi hanya sempat berjumpa dalam beberapa menit saja tapi perjumpaan itu terasa sangat berharga. Saat itu banyak hal yang ingin kamu katakan kepada oorang itu tapi lidahmu mendadak kelu sehingga hanya sedikit sekali yang kamu tanyakan sebatas bertanya bagaimana kabarnya, ada acara  apa berkunjung ke kota ini, kesini naik kendaraan apa? Hanya basa-basi singkat saja. Kamu merasa senang saat ia memperkenalkanmu pada teman-temannya. Sore itu ia kembali ke kota asalnya karena memang keperluannya di kota ini sudah selesai. Kau hanya bisa mengantarnya sampai gerbang lalu melihat bayangannya yang semakin memudar dan menghilang. Beberapa jam kemudian kamu pun bertanya lagi untuk memastikan kalau ia telah sampai di kota asalnya dengan selamat.

Hari itu sudah berlalu beberapa waktu yang lalu tapi ingatanmu tentang orang itu masih tertanam kuat. Kalian masih sering berkomunikasi seputar hobi kalian, perkuliahan dan kadang berbagi pengalaman. Ya kalian tidak pernah membahas tentang perasaan sehingga kamu tidak pernah tahu bagaimana perasaannya padamu dan bagaimana perasaanmu padanya. Kamu bersikap semuanya baik-baik saja. Kan memang hanya sebatas teman.

Hari-hari telah berlalu dan perasaanmu padanya kian membuncah dalam hatimu. Ingin mengatakan semuanya dengan penuh kejujuran tapi dirimu merasa sangat tak pantas baginya. Dia memiliki banyak prestasi, hebat dalam berorganisasi, sudah sering ke luar negeri, punya banyak kontribusi sesuai bidang keilmuannya dan disukai banyak orang. Dia sering bertemu dan berkumpul dengan seseorang yang hebat yang apabila disebutkan nama mereka, kau pun akan langsung bertepuk tangan. Ia begitu fasih ketika menjadi narasumber dan menumbuhkan keberanian tuk bermimpi yang tinggi. Dia disukai banyak orang. Kemudian kamu melihat dirimu yang biasa-biasa saja, minim prestasi, hanya anggota biasa di organisasi, belum pernah keluar negeri, belum berkontribusi sesuai bidang keilmuan, lebih suka memendam daripada menyampaikan sesuatu di depan umum, dan hanya sedikit teman. Perlahan kamu merasa minder dan perlu untuk mundur teratur. Kamu pernah mencoba untuk menghilang dari kehidupannya, unfollow sosial medianya, hapus komentar di channel youtubenya, hapus nomor hpnya. Sungguh kamu tidak ingin menjalin komunikasi yang membuat hatimu semakin berharap padanya. Lalu kamu bertanya apakah ia akan mencarimu?

Ternyata tidak, beberapa bulan kau menghilang dari kehidupannya dan dia tidak mencarimu sama sekali. Kau sempat berpikir “Lah, memang aku siapa kok ingin di cari olehnya”. Tapi sejenak kemudian kamu berpikir positif “Mungkin dia berpikir kalau aku sedang sibuk sehingga ia tak ingin mengganggu kesibukanku”. Kau selalu berpikir positif tentangnya. Belum pernah ada alasan untuk membencinya.

Suatu hari ia menghubungimu kembali karena memerlukan bantuanmu dan kamu pun langsung membantunya lebih dari yang dia minta. Kamu tak berpikir “dia hanya mencariku saat ada butuhnya”. Kau selalu berpikir “Dia sedang memerlukan bantuanku untuk melakukan sesuatu yang baik maka aku harus membantunya”. Ia pun merasa senang dan kau juga ikut merasa senang. Entah perasaan macam apa ini. Tapi sebisa mungkin kamu menahan diri untuk tidak menghubunginya terlebih dahulu agar kamu tidak terlalu berharap seperti dulu, kamu menahan diri untuk tidak mengoomentari statusnya bahkan kamu mute statusnya agar kamu tidak tahu kalau ia telah membuat status baru. Mungkin terkadang terlihat agak jahat ketika ingin menghilangkan kabar seseorang dari kehidupan kita. Tapi tidak ada salahnya kan kalau kita berusaha menjaga hati kita agar tidak terluka? Dan mungkin diammu juga untuk menjaga hatinya agar tidak kecewa maupun berharap berlebihan. Kamu sadar kalau dia sedang berjuang untuk menjadi yang terbaik bagi keluarga dan juga adik-adiknya sehingga kamu menahan diri dri mengatakan sesuatu yang mungkin bisa mengacaukan pikirannya atau membuatnya terlena dari jalan juangnya. Kamu hebat, jagalah rasamu untuk tidak diungkapkan sebelum waktunya. Tempalah dirimu dengan ilmu dan sibukkan dengan kebaikkan agar hatimu tak disibukkan dengan harapanmu kepadanya. Jika kelak kalian memanng berjodoh maka kau akan dipersatukan dengannya. Dan jika kalian tidak berjodoh maka kau pasti akan menemukan seseorang yang sama-sama menjaga hati sepertimu.

Bersabarlah, jodohmu akan datang tepat waktu.

 

 

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya. Silahkan memberikan komentar dan menunggu saya memberikan balasan terhadap komentar anda.

Lebih baru Lebih lama