Tulisan Hari Ke Dua Puluh Empat – Perihal Mengikhlaskan

 

Dalam beberapa waktu aku masih terdiam dengan perasaan yang terpendam, ada sebuah harap yang ingin sekali ku dekap, ada sebuah angan yang ingin ku wujudkan.

Perasaan yang menggebu tapi lidah yang membeku. Dari kejauhan aku aku mendoakanmu di tengah kesunyian, selalu berharap yang terbaik untuk kehidupanmu. Itu sudah cukup bagiku.

Aku mulai menjaga jarak darimu, mundur perlaan lalu berputar arah. Aku tidak ingin menyerah dan kalah, aku hanya takut terjatuh ke jalan yang salah. AKu belum cukup baik untuk kamu yang sangat baik, belum cukup yakin untuk mendampingi jalan juang langkah besarmu.

Biarlah kini aku belajar terbiasa tanpa kehadiranmu, tanpa mencaritahu keadaanmu atau menanyakan sesuatu padamu. Aku hanya tak ingin kecewa  karena terlalu perharap pada sesuatu yang belum pasti. Masih banyak yang mesti ku perbaiki dalam diri ini.

Biarlah kini kamu menjadi sebatas angan yang berujung merelakan karena aku takut terucap janji yang akan melenakan. Memang tak mudah untuk mengikhlaskanmu yang pernah ku harap dengan sangat, tapi ku tahu mungkin ini jalan terbaik untuk kita saat ini.

Tak perlu saling berjanji dan menunggu, kita hanya perlu saling memperbaiki diri.

Terima kasih sudah pernah hadir dan mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tak pernah ada yang sia-sa dari sebuah pertemuan. Yang aku tahu kini, pertemuan tak harus di persatukan, kadang perlu belajar untuk saling mengerti tanpa memaksakan keinginan.

Aku akan mulai menjaga jarak kita, tapi jika kau ingin bertanya tentang suatu hal aku persilahkan layaknya sebuah teman tanpa ada harapan yang tersimpan dalam kalbuku. Aku ingin mejalani semuanya sewajarnya saja.

Aku hanya berdoa semoga siapapun kelak yang akan mendampingimu bisa menemani jalan juangmu.

Semoga bahagia.

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya. Silahkan memberikan komentar dan menunggu saya memberikan balasan terhadap komentar anda.

Lebih baru Lebih lama