Dalam beberapa waktu aku masih
terdiam dengan perasaan yang terpendam, ada sebuah harap yang ingin sekali ku
dekap, ada sebuah angan yang ingin ku wujudkan.
Perasaan yang menggebu tapi lidah
yang membeku. Dari kejauhan aku aku mendoakanmu di tengah kesunyian, selalu
berharap yang terbaik untuk kehidupanmu. Itu sudah cukup bagiku.
Aku mulai menjaga jarak darimu,
mundur perlaan lalu berputar arah. Aku tidak ingin menyerah dan kalah, aku
hanya takut terjatuh ke jalan yang salah. AKu belum cukup baik untuk kamu yang
sangat baik, belum cukup yakin untuk mendampingi jalan juang langkah besarmu.
Biarlah kini aku belajar terbiasa
tanpa kehadiranmu, tanpa mencaritahu keadaanmu atau menanyakan sesuatu padamu.
Aku hanya tak ingin kecewa karena
terlalu perharap pada sesuatu yang belum pasti. Masih banyak yang mesti ku
perbaiki dalam diri ini.
Biarlah kini kamu menjadi sebatas
angan yang berujung merelakan karena aku takut terucap janji yang akan
melenakan. Memang tak mudah untuk mengikhlaskanmu yang pernah ku harap dengan
sangat, tapi ku tahu mungkin ini jalan terbaik untuk kita saat ini.
Tak perlu saling berjanji dan
menunggu, kita hanya perlu saling memperbaiki diri.
Terima kasih sudah pernah hadir
dan mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tak pernah ada yang sia-sa dari
sebuah pertemuan. Yang aku tahu kini, pertemuan tak harus di persatukan, kadang
perlu belajar untuk saling mengerti tanpa memaksakan keinginan.
Aku akan mulai menjaga jarak
kita, tapi jika kau ingin bertanya tentang suatu hal aku persilahkan layaknya
sebuah teman tanpa ada harapan yang tersimpan dalam kalbuku. Aku ingin mejalani
semuanya sewajarnya saja.
Aku hanya berdoa semoga siapapun
kelak yang akan mendampingimu bisa menemani jalan juangmu.
Semoga bahagia.