Perfeksionis dan Prokrastinasi


 Menurut pendapat Hewit dan Flet. (1991) menyatakan bahwa perfeksionisme mencakup standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya. Sedangkan prokrastinnasi merupakan penundaan terhadap hal-hal yang di perlukan untuk mencapai suatu tujuan (Laforge, 2005). Antara perfeksionis dan prokrastinasi adalah dua hal yang saling berhubungan satu sama lain. Seseorang yang memiliki kecenderungan perfeksionis biasanya menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan sesuatu sampai rencana itu terlihat sempurna dan ia baru mulai mengerjakannya. Hal ini lah yang sering kali menimbulkan terjadinya prokrastinasi atau penundaan terhadap pekerjaan. Mungkin selama ini kita selalu berpikir ketika seseorang tak kunjung menyelesaikan pekerjaannya itu karena orang tersebut pemalas. Padahal kenyataannya belum tentu seperti itu. Bisa jadi sebaliknya, orang tersebut menyukai pekerjaan tersebut dan ingin menghasilkan sesuatu yang sempurna sehingga merasa memerlukan waktu yang lama untuk membuat rencana yang sempurna sebelum mengeksekusinya. Sikap perfeksionis membuat seseorang mampu melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Namun, disisi lain sikap perfeksionis juga membuat seseorang kehilangan banyak waktu untuk mengerjakan sesuatu yang sederhana. Selain itu sisi perfeksionis yang selalu menginginkan hasil yang sempurna sesuai keinginannya tak jarang menimbulkan perasaan kecewa atau bahkan frustasi ketika hasil yang di dapatkan tak sesuai dengan keinginan dan segala yang telah diusahakannya. 

Mengapa seseorang memiliki sifat perfeksionis?
Karena seseorang selalu di didik untuk menjadi yang terbaik, pemenang, juara dan lupa untuk di ajarkan cara menerima kegagalan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan. Adanya lingkungan yang kompetitif memang membuat seseorang berusaha dengan keras agar menjadi yang terbaik. Namun, kita juga tidak boleh lupa kalau terkadang apa yang terjadi dalam hidup ini tak selalu sesuai dengan keinginan kita. Selalu ada hal-hal yang diluar prediksi kita. Ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Hal inilah yang membuat kita perlu belajar untuk menerima sebuah kegagalan dan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Lalu apakah menerima kegagalan berarti menyerah dan berputus asa?
Tentu saja tidak. Menerima kegagalan berati kita menyadari kalau saat ini kita sedang tidak mencapai sesuatu yang kita inginkan. Kemudian kita mencari tahu hal apa sajakah yang membuat kita mengalami kegagalan ini, mungkin karena kita kurang latihan kah? Belum memiliki pengalaman kah atau karena belum memiliki ilmunya? . Setelah kita menemukan jawabannya, kita pun bisa memulai mencoba lagi dengan berbekal pengalaman yang kita miliki. Selain itu kita juga perlu belajar menyadari kalau diri kita tak sempurna dan tak harus menjadi sempurna. Kita tetap bisa berusaha dengan kondisi kita saat ini. Dengan belajar menerima diri sendiri pun kita bisa lebih mudah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu menjadi sempurna terlebih dahulu. Sehingga kebiasaan menunda-nunda pekerjaan bisa kita kurangi. 

Sumber : 
Hewit,P.L. & Flet G.L. (1991). Dimention Of Perfectionism, Unconditional Self-Acceptance, And Depression. Journal Of Rational-Emotive & Cognitive Behaviour Theraphy. (2)2 : 119-138 
Laforge,M.(2005). Applying Explanatory Style To Academic Procrastination. Journal Of The Academy Of Bussiness Education, Proceeding 2005, Vol. 6

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya. Silahkan memberikan komentar dan menunggu saya memberikan balasan terhadap komentar anda.

Lebih baru Lebih lama