Hari sabtu itu aku dan beberapa teman dari ddv Jatim berangkat ke pantai Kondang Merak pakai motoran. Ternyata lokasi pantainya cukup jauh karena berada di Malang selatan, sekitar 50 KM dari Malang kota. Ketika masih berada di jalur kota jalanannya mudah. Namun, ketika sudah setengah perjalanan mulai menantang. Jalanan bebatuan mahkadam dan juga jalan berkapur. Sehingga harus menjaga konsentrasi dan keseimbangan mengendarai motor agar selamat sampai tujuan. Perjalanan kami memang sempat terhambat karena suatu hal. Tapi Alhamdulillah akhirnya kami selamat sampai tujuan.
Malam itu kami langsung mendirikan tenda sebagai tempat beristirahat. Tapi sebelum tidur malam, kami menyempatkan untuk membakar sate ayam yang dagingnya telah di beli tadi siang sebelum berangkat ke pantai. Kami menggelar kain panjang lalu di atasnya di lapisi kertas minyak sebagai alas untuk meletakan nasi dan sate ayam. Kami makan berjajar secara memanjang. rasanya seru sekali, jadi mengenang saat magang di dinas peternakan dulu juga pernah membuat makanan berjajar dan memanjang. Malam semakin larut. Kami masih asyik berbicara banyak hal mulai dari pengalaman hidup sampai dengan kegiatan kerelawanan.
malam semakin larut. kami harus beristirahat untuk memulihkan tenaga yang tadi terpakai di sepanjang perjalanan. Pagi pun tiba , mentari menyinari dari ufuk timur. Kami mulai masak untuk sarapan pagi. Ada pula yang membuat secangkir kopi.
Dengan riangnya kami bermain air pantai, melihat ombak yang saling berkejaran tanpa henti. Kemudian aku merenung dan mencoba belajar dari alam sekitar. Aku melihat ombak itu lebih lama berada di tengah lautan dan sementara menepi ket tepian pantai. Aku mengibaratkan tengah lautan itu sebagai akhirat karena lebih lama, lebih luas dan dalamnya tidak ku ketahui. Sedangkan tepian pantai seperti dunia karena bisa dengan mudah di jangkau, dangkal dan hanya sementara. pada akhirnya kita akan berpulang dari dunia yang sementara menuju akhirat yang abadi selamanya.
Malam itu kami langsung mendirikan tenda sebagai tempat beristirahat. Tapi sebelum tidur malam, kami menyempatkan untuk membakar sate ayam yang dagingnya telah di beli tadi siang sebelum berangkat ke pantai. Kami menggelar kain panjang lalu di atasnya di lapisi kertas minyak sebagai alas untuk meletakan nasi dan sate ayam. Kami makan berjajar secara memanjang. rasanya seru sekali, jadi mengenang saat magang di dinas peternakan dulu juga pernah membuat makanan berjajar dan memanjang. Malam semakin larut. Kami masih asyik berbicara banyak hal mulai dari pengalaman hidup sampai dengan kegiatan kerelawanan.
malam semakin larut. kami harus beristirahat untuk memulihkan tenaga yang tadi terpakai di sepanjang perjalanan. Pagi pun tiba , mentari menyinari dari ufuk timur. Kami mulai masak untuk sarapan pagi. Ada pula yang membuat secangkir kopi.
Dengan riangnya kami bermain air pantai, melihat ombak yang saling berkejaran tanpa henti. Kemudian aku merenung dan mencoba belajar dari alam sekitar. Aku melihat ombak itu lebih lama berada di tengah lautan dan sementara menepi ket tepian pantai. Aku mengibaratkan tengah lautan itu sebagai akhirat karena lebih lama, lebih luas dan dalamnya tidak ku ketahui. Sedangkan tepian pantai seperti dunia karena bisa dengan mudah di jangkau, dangkal dan hanya sementara. pada akhirnya kita akan berpulang dari dunia yang sementara menuju akhirat yang abadi selamanya.
Tags:
renungan