Review Blog Silmi Rahma

 Masa pandemic membuat segalanya harus di kerjakan di rumah. Ada yang menghabiskan waktunya dengan hal produktif, ada pula yang rebahan sepanjang waktu. Dan aku termasuk tim rebahan. Tiba-tiba aku pun tersadar kalau aku sudah lama tidak menulis di blog ini. Dan ini adalah tulisan pertamaku di bulan ini. Ku harap bisa stiqomah dalam menulis lagi.

Tulisan ini akan mereview tentang blog Silmi Rahma. Siapakah itu Silmi Rahma?
Silmi Rahmawati adalah salah satu mahasiswa UM dari Fakultas Pendidikan  Bahasa Arab. Dia merupakan alumni Voluntrip 2 yang saat ini aktif sebagai sekertaris DDV Malang ceria. Selama masa pandemic ini ia mulai menulis di blognya tentang berbagi kisah dari teman-teman di sekitarnya. Kenapa harus berbagi kisah? Karena dengan berbagi kisah maka seseorang bisa mengungkapkan sesuatu yang di pikirkan dan di rasakannya sehingga merasa lebih lega. Selain itu dengan berbagi kisah juga bisa menginspirasi orang lain.

Nah, ini adalah beberapa tulisan di blog Silmi Rahma :
Tulisan ini bercerita tentang seorang introvert yang cenderung diam memendam semua masalahnya. Dia menjadi pendiam bukan karena tidak ingin menceritakan masalahnya tapi karena sering kali respon kurang baik yang di terima dari lingkungannya. Sedangkan disisi lain seorang introvert memiliki kepekaan terhadap masalah yang di alami oleh orang lain. Terkadang ia ingin membantu orang lain untuk kuat menghadapi masalah mereka tapi rasa trauma akan kegagalan, respon buruk dan berbagai hal yang belum selesai di masa lalu membuat orang introvert mengurungkan niatnya ini. Oh,iya orang introvert itu termasuk orang yang terus melangkah maju mengejar cita-citanya walaupun harus berjalan bersama luka yang belum selesai karena lingkungan tak menganggap lukanya sebagai hal yang penting untuk di pahami. Inti dari tulisan ini adalah cobalah belajar untuk memahami orang lain. Belajar mendengar cerita tanpa memotong kata ada menjudge yang menambah luka. Terkadang seseorang hanya butuh di dengarkan agar merasa lega dan bisa menyembukan lukanya.

Tulisan ini bercerita tentang seorang pengembara yang hanya fokus pada tujuannya. Hingga suatu hari ada seseorang yang mampu menghentikan dunianya dengan virus merah jambu. Sebuah perasaan yang mampu membuatnya berdebar-debar dan bergejolak hatinya. Namun, disisi lain ia takut dengan berbagai kemungkinan buruk yaitu di tolak. Namun, ternyata ketakutannya tak terjadi. Perasaanya di terima dan sejak saat itu ia mulai menjalin hubungan dengan orang itu. Hingga suatu hari berbagai perbedaan dan egoisme tak bisa mereka hadapi. Dan jalan perpisahan adalah satu-satunya jalan yang mereka ambil karena jika di paksakan untuk bertahan akan semakin banyak luka yang terjadi di kedua belah pihak. 
Pelajaran yang bisa kita ambil dari tulisan ini adalah bahwa untuk bisa hidup bersama dengan seseorang itu tidak cukup hanya dengan perasaan saja. Tapi juga harus di imbangi dengan logika, ilmu, prinsip hidup yang sejalan. Jadi sebelum mengungkapkan perasaan kepada seseorang, pertimbangkan dulu faktor-faktor lainnya. Apakah kalian bisa saling menerima faktor-faktor tersebut? Jika memang bisa maka bisa di lanjutkan tapi harus dengan cara yang benar misal bertaaruf atau menikah. Tapi jika tidak bisa menerima perbedaan yang ada maka jangan di lanjutkan karena hanya akan memperburuk keadaan dengan egoisme masing-masing pihak.

Nah, itu tadi adalah review tentang 2 tulisan di blog  Silmi Rahma. Bagi teman-teman yang ingin mengirimkan tulisannya agar bisa di post di blog Silmi Rahma bisa DM ke Instagramnya Silmi Rahmawati  . Semoga setiap tulisan di blog Silmi Rahma bisa menginspirasi semua pembacanya.

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya. Silahkan memberikan komentar dan menunggu saya memberikan balasan terhadap komentar anda.

Lebih baru Lebih lama