Ketika seseorang sudah memasuki usia 20 tahunan ke atas mulai muncul keinginan untuk membangun sebuah keluarga kecil bersama dengan seseorang yang di idamkannya. Begitu pula dengan laki-laki. Itu hal yang normal. Namun, sering kali seorang laki-laki kurang mampu dalam mengontrol perasaannya sehingga tak jarang ia pun mengucapkan sebuah janji kepada gadis pujaannya agar gadis tersebut menanti laki-laki tersebut sampai sukses dan siap menikahi gadis tersebut.
Akhirnya gadis tersebut pun menolak berbagai laki-laki lain yang datang ke dalam hidupnya demi menunggu laki-laki yang dulu pernah berjanj menikahinya dan membahagiakannya. Ada yang penantiannya berbuah manis dan membangun rumah tangga impian. Namun, tak sedikit pula yang berakhir tragis dan menimbulkan sakit yang tak tertahankan. Mungkin sebagianntu dari kita berpikir, itu kan cuma janji, suatu saat bisa berubah sesuai dengan keadaan. Tapi bagi perempuan, janji adalah sebuah harapan yang ingin sekali bisa terpenuhi. Ia rela menunggu bertahun-tahun meskipun hatinya gelisah bertanya-tanya apakah penantiannya akan sia-sia ataukah berakhir bahagia. Namun, sayangnya kebanyakan berakhir duka.
Betapa banyak yang awalnya berkata "Aku tak bisa hidup tanpamu" berakhir dengan " Aku tak bisa hidup denganmu". Yang awalnya berkata "Kamu lah satu-satunya" berakhir dengan "kamu hanya salah satunya". Pahit memang kenyataan ini.
Lalu, siapa yang salah?
Dua-duanya bersalah. laki-laki terlalu mudah memberikan janji dan menggantungka harapan yang belum pasti. Sedangkan perempuan terlalu banyak berharap terwujudnya sebuah janji.
Teruntuk aku dan teman-teman laki-laki. Perlu kita sadari kalau perempuan itu makhluk yang sangat perasa dan mudah baper atau terbawa perasaan. Kadang bapernya mengalahkan logika. Bila kita belum mampu untuk menafkahi maka jangan pernah memberi janji untuk menikahi. Bila kita tak yakin rasa kita akan menetap maka jangan pernah memberinya harap. Bila belum mampu menghalalkan di depan walimu maka jangan pernah merayu dan membuat perempuan tersipu. Janji yang pernah kita ucapkan bisa menjadi bumerang untuk diri kita maupun perempuan tersebut. Aku tau ini tidak mudah. Ketika perasaan itu bergejolak, rasanya ingin sekali berjanji dan segera menikahinya. Tapi bersabarlah sejenak. Tenangkan dirimu agar bisa berpikir jernih. Pantaskanlah diri kita terlebih dahulu. Bisa sudah mampu mencari nafkah dan punya cukup bekal ilmu, silahkan datang melamar gadis idamanmu ( dengan catatan dia belum menikah dengan orang lain). namun, bila ternyata dia sudah menikah maka belajarlah mengikhlaskannya. Insya Allah seseorang yang memantaskan diri menjadi orang baik maka akan di pertemukan dengan jodoh yang baik pula.
Dan teruntuk kalian para perempuan,
Sadarilah diri kalian amat istimewa dan berharga. Jangan mudah terbuai oleh janji manis laki-laki. Semua laki-laki bisa mengucapkan janji tapi tak semua laki-laki mampu menepati janji, Tenangkanlah dirimu. Sadarkan hatimu agar tak menanti seseorang yang belum pasti melengkapi separuh agamamu.
Dan bila kamu masih belum siap untuk menikah, maka jangan menyebar kode-kode di media sosial bahwa kamu ingin segera di halalkan. Karena terkadang kami kaum laki-laki juga bisa terbawa perasaan saat membaca kode-kode kalian. Sehingga banyak diantara kami yang datang dengan berbagai janji.
Semoga kita semua sama-sama menjaga hati agar tak mudah berekpetasi dan menjaga mulut agar tak mudah berjanji. Semoga kita di pertemukan dengan jodoh yang baik. Aamiin.
Betapa banyak yang awalnya berkata "Aku tak bisa hidup tanpamu" berakhir dengan " Aku tak bisa hidup denganmu". Yang awalnya berkata "Kamu lah satu-satunya" berakhir dengan "kamu hanya salah satunya". Pahit memang kenyataan ini.
Lalu, siapa yang salah?
Dua-duanya bersalah. laki-laki terlalu mudah memberikan janji dan menggantungka harapan yang belum pasti. Sedangkan perempuan terlalu banyak berharap terwujudnya sebuah janji.
Teruntuk aku dan teman-teman laki-laki. Perlu kita sadari kalau perempuan itu makhluk yang sangat perasa dan mudah baper atau terbawa perasaan. Kadang bapernya mengalahkan logika. Bila kita belum mampu untuk menafkahi maka jangan pernah memberi janji untuk menikahi. Bila kita tak yakin rasa kita akan menetap maka jangan pernah memberinya harap. Bila belum mampu menghalalkan di depan walimu maka jangan pernah merayu dan membuat perempuan tersipu. Janji yang pernah kita ucapkan bisa menjadi bumerang untuk diri kita maupun perempuan tersebut. Aku tau ini tidak mudah. Ketika perasaan itu bergejolak, rasanya ingin sekali berjanji dan segera menikahinya. Tapi bersabarlah sejenak. Tenangkan dirimu agar bisa berpikir jernih. Pantaskanlah diri kita terlebih dahulu. Bisa sudah mampu mencari nafkah dan punya cukup bekal ilmu, silahkan datang melamar gadis idamanmu ( dengan catatan dia belum menikah dengan orang lain). namun, bila ternyata dia sudah menikah maka belajarlah mengikhlaskannya. Insya Allah seseorang yang memantaskan diri menjadi orang baik maka akan di pertemukan dengan jodoh yang baik pula.
Dan teruntuk kalian para perempuan,
Sadarilah diri kalian amat istimewa dan berharga. Jangan mudah terbuai oleh janji manis laki-laki. Semua laki-laki bisa mengucapkan janji tapi tak semua laki-laki mampu menepati janji, Tenangkanlah dirimu. Sadarkan hatimu agar tak menanti seseorang yang belum pasti melengkapi separuh agamamu.
Dan bila kamu masih belum siap untuk menikah, maka jangan menyebar kode-kode di media sosial bahwa kamu ingin segera di halalkan. Karena terkadang kami kaum laki-laki juga bisa terbawa perasaan saat membaca kode-kode kalian. Sehingga banyak diantara kami yang datang dengan berbagai janji.
Semoga kita semua sama-sama menjaga hati agar tak mudah berekpetasi dan menjaga mulut agar tak mudah berjanji. Semoga kita di pertemukan dengan jodoh yang baik. Aamiin.
Tags:
curhat