PERTUMBUHAN
DAN MOBILITAS PENDUDUK PADA MASA ORDE BARU
Posted: Januari 10, 2011 in Uncategorized
I. Mobilitas Penduduk Pada masa Orde
Baru
Karakteristik penduduk Indonesia
dapat dibedakan secara kuantitatif yaitu jumlah penduduk tergolong
besar, laju pertumbuhan cepat tetapi persebaran tidak merata. Secara kualitatif
kualitas SDM penduduk Indonesia tergolong rendah.
Masa Orde Baru tingkat pertumbuhan
penduduk pertahun mengalami penurunan berkat keberhasilan program KB dan
perbaikan gizi serta kesehatan masyarakat.
Tingginya angka pertumbuhan penduduk
dan berkurangnya lahan pertanian karena untuk keperluan non pertanian (misal
untuk perkantoran, jalan raya, pemukiman baru). Sebagai akibatnya presentase
penduduk yang bermukim dipedesaan menurun, yang bermukim diperkotaan meningkat.
Dari segi ekonomi program
redistribusi penduduk yaitu menyediakan tenaga kerja untuk perluasan produksi
didaerah dan pembukaan lapangan kerja baru. Dari aspek ideologi redistribusi
penduduk berfungsi meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Dari aspek
politik redistribusi penduduk menunjang pembauran etnik atau suku bangsa,
mempersempit kesenjangan kelas serta meningkatkan hubungan antar kelompok
masyarakat yang multikultural. Dari segi pertahanan keamanan redistribusi
penduduk mewujudkan sistim pertahanan keamanan rakyat semesta atau
(Sishankamrata).
A. Mobilitas Penduduk Melalui
Program Transmigrasi
Program transmigrasi dibagi 2
periode yaitu tahap pra Pelita dan tahap Pelita. Tujuan Transmigrasi pada masa
Orde Baru yaitu :
1. Meningkatkan taraf hidup rakyat.
2. Meningkatkan pembangunan daerah.
3. Menyeimbangkan persebaran
penduduk.
4. Melaksanakan pembangunan secara
merata.
5. Memanfaatkan sumber-sumber alam
dan tenaga manusia.
6. Memperkukuh rasa persatuan dan
kesatuan bangsa.
7. Memperkuat pertahanan dan
keamanan nasional.
B. Upaya menghambat arus Urbanisasi
menuju kota-kota besar
Alternatif dari kebijaksanaan itu
ialah mengubah arah migran menuju ke kota-kota kecil dan kota-kota sedang. Kota
kecil perlu dibangun dengan fasilitas perkotaan, prasarana transportasi
dibangun dan ditingkatkan.
C. Peningkatan sarana transportasi
dan komunikasi
Dengan membangun sentral-sentral
telepon otomatis, telegram, radio dan televisi.
II. Pertumbuhan dan mobilitas penduduk.
Menurut Edward Ullman ada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi kota, yaitu :
1. Adanya wilayah yang saling melengkapi
2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi
3. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang
Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk baik secara teritorial ataupun geografis. Hubungan timbal balik antara kota dengan kota maupun antara kota dengan desa dapat menyebabkan munculnya gejala-gejala yang baru yang meliputi aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Gejala ini dapat bersifat positif ataupun negatif bagi desa dan kota.
b. Pusat-Pusat pertumbuhan di Indonesia pada masa Orde Baru
Untuk mengetahui munculnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia terdapat 2 teori yaitu :
1. Teori Tempat Sentral ( central place theory ) oleh Walter Christaller
Bahwa Pusat lokasi aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus berada di suatu tempat sentral yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah yang maksimum.Tempat sentral itu berupa ibukota kabupaten, kecamatan, propinsi ataupun ibukota Negara. Masing-masing titik sentral memiliki daya tarik terhadap penduduk untuk tinggal disekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda.
2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) oleh Lerroux
Bahwa pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak tapi muncul pada tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berbeda. Kawasan yang menjadi pusat pembangunan dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub inilah proses pembangunan menyebarke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
Menurut Edward Ullman ada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi kota, yaitu :
1. Adanya wilayah yang saling melengkapi
2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi
3. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang
Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk baik secara teritorial ataupun geografis. Hubungan timbal balik antara kota dengan kota maupun antara kota dengan desa dapat menyebabkan munculnya gejala-gejala yang baru yang meliputi aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Gejala ini dapat bersifat positif ataupun negatif bagi desa dan kota.
b. Pusat-Pusat pertumbuhan di Indonesia pada masa Orde Baru
Untuk mengetahui munculnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia terdapat 2 teori yaitu :
1. Teori Tempat Sentral ( central place theory ) oleh Walter Christaller
Bahwa Pusat lokasi aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus berada di suatu tempat sentral yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah yang maksimum.Tempat sentral itu berupa ibukota kabupaten, kecamatan, propinsi ataupun ibukota Negara. Masing-masing titik sentral memiliki daya tarik terhadap penduduk untuk tinggal disekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda.
2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) oleh Lerroux
Bahwa pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak tapi muncul pada tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berbeda. Kawasan yang menjadi pusat pembangunan dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub inilah proses pembangunan menyebarke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
III. Faktor penyebab suatu titik
lokasi menjadi pusat pertumbuhan.
Suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Kondisi fisik wilayah
2. Kekayaan sumber daya alam
3. Sarana dan prasarana transportasi
4. Adanya industri
Suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Kondisi fisik wilayah
2. Kekayaan sumber daya alam
3. Sarana dan prasarana transportasi
4. Adanya industri
sumber : http://alakaza.wordpress.com/2011/01/10/pertumbuhan-dan-mobilitas-penduduk-pada-masa-orde-baru/