LAPORAN UJI BORAKS

LAPORAN UJI BORAKS

NAMA ANGGOTA  KELOMPOK:
1. MAULANA
2.M.SYA’RONI
3.MEI RANI
4.ERLIKA NILA
5.YUANANDA
6.NURMALA



UPTD SMAN 1 MOJO
                     TAHUN AJARAN 2013/2014  






KATA PENGANTAR
                Kami mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT karena  atas berkat rahmat taufiq dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang “UJI MAKANAN YANG MENGANDUNG BORAKS”
            Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan ini.
            Dalam laporan ini kami akan menguraikan tentang ciri ciri makanan yang mengandung boraks serta dampak negatif  boraks terhadap kesehatan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan penyusunan laporan ini.
            Kami berharap semoga laporan ini dapat menambah wawasan tentang boraks  kepada para pembaca.




                                                                                                                           Kediri,7 Maret 2014
                                                                                                                                       Penyusun














DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………
LEMBAR 1: KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
LEMBAR2: DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
LEMBAR 3 : BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………….
         1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….
         1.2RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………
         1.3TUJUAN PENELITIAN………………………………………………………………..
          1.4HIPOTESIS………………………………………………………………………………………
           1.5 MANFAAT………………………………………………………………………
LEMBAR 4 : BAB 2 KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………………       
         2.1 TEORI………………………………………………………………………
LEMBAR 5 BAB 3: METODE PENELITIAN………………………………………………………….
        3.1 ALAT DAN BAHAN                    …………………………………………………………
        3.2TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN…………………………………………………
LEMBAR 6 : BAB 4 PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
       4.1  DATA PENELITIAN………………………………………………………………….
       4.2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………………
LEMBAR 7 : BAB 5 PENUTUP……………………………………………………………………….
         5.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………..
         5.2  SARAN…………………………………………………………………………………
LEMBAR8: DAFTAR PUSTAKA…………………………… …………………………………..
LEBAR 9 : LAMPIRAN……………………………………… ……………………………………









BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka semakin banyak jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet dan lebih praktis dibandingkan dengan bentuk segarnya. Berkembangnya produk pangan awet tersebut hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet.
Produksi dan suplai produk jadi yang awet biasanya dilakukan secara sentral dalam pabrik pengolahan dan pengawetan makanan. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk menyiapkan sajian sampai siap untuk dapat disantap dapat dipersingkat, dengan hasil makanan yang sama lezatnya seperti bila diolah sendiri dari bahan segar. Di kalangan konsumen pangan masih sering terjadi kontroversi mengenai penggunaan bahan tambahan makanan di industri pangan, khususnya mengenai resiko kesehatan, terutama yang berasal dari bahan sintetik kimiawi. Sebab masalah keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia, tetapi juga telah menjadi masalah setiap orang.
Kebanyakan makanan yang dikemas mengandung bahan tambahan, yaitu suatu bahan yang dapat mengawetkan makanan atau merubahnya dengan berbagai teknik dan cara. Bahan Tambahan Makanan didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, dapat bernilai gizi atau tidak bernilai gizi, ditambahkan ke dalam makanan dengan sengaja untuk membantu teknik pengolahan makanan (termasuk organoleptik) baik dalam proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan produk makanan olahan, agar menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu makanan yang lebih baik atau secara nyata mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Jadi kontaminan atau bahan-bahan lain yang ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu gizi bukan merupakan bahan makanan tambahan.
Bahan tambahan makanan digunakan di industri-industri makanan untuk meningkatkan mutu pangan olahan, dan penggunaan bahan tambahan makanan tersebut dibenarkan apabila memiliki peran sebagai berikut :
1. Untuk mempertahankan nilai gizi makanan
2. Untuk orang tertentu yang memerlukan makanan diit
3. Untuk keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pengemasan, dan pengangkutan.






1.2 RUMUSAN MASALAH
                1. Bagaimana ciri ciri makanan yang mengandung boraks?
2. apakah dampak negative yang ditimbulkan oleh penggunanaan boraks dalam jangka  panjang?
            3. bahan apakah yang mampu menggantikan boraks?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui ciri ciri makanan yang mengandung boraks serta dampak negatif boraks terhadap  kesehatan sehingga kita bias menghindari makanan tersebut karena makanan tersebut kurang baik untuk kesehatan.
1.4 HIPOTESIS
1. Makanan yang mengandung boraks akan berwarna orange kecoklkatan apabila ditetesi dengan cairan kunyit.
2. Boraks dapat mengakibatkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian.
            3. Lengkuas dan bawang putih
1.5 MANFAAT PENELITIAN
                Mengetahui tentang ciri ciri makanan yang mengandung boraks serta dampak negatif boraks terhadap  kesehatan sehingga kita bias menghindari makanan tersebut karena makanan tersebut kurang baik untuk kesehatan. Selain itu kita untuk mengetahui bahan bahan alami yang dapat digunakan untuk memggantikan boraks.












BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini menunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi (Bambang, 2008).
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala.
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005). Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988, asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai konsumen (Mujianto, 2003).
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2008).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa senyawa asam borat ini dipakai pada lontong agar teksturnya menjadi bagus dan kebanyakan ditambahkan pada proses pembuatan bakso. Komposisi dan bentuk asam borat mengandung 99,0% dan 100% H3BO3. Mempunyai bobot molekul 61,83 dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62% berbentuk serbuk hablur kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Cahyadi, 2008).
Karekteristik boraks antara lain (Riandini, 2008):
  1. Warna adalah jelas bersih
  2. Kilau seperti kaca
  3. Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya
  4. Sistem hablur adalah monoklin
  5. Perpecahan sempurna di satu arah
  6. Warna lapisan putih
  7. Mineral yang sejenis adalah kalsit, halit, hanksite, colemanite, ulexite dan garam asam bor yang lain
  8. Karakteristik yang lain: suatu rasa manis yang bersifat alkali.
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur sekitar 171°C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85% dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100°C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna. Asam borat tidak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida (Cahyadi, 2008).
Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium (Depkes RI, 2002).
 bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksida atau asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas,bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Aminah dan Himawan, 2009).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahkan boraks diantaranya adalah bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional seperti “lempeng” dan “alen-alen”. Di masyarakat daerah tertentu boraks juga dikenal dengan sebutan garam bleng, bleng atau pijer dan sering digunakan untuk mengawetkan nasi untuk dibuat makanan yang sering disebut legendar atau gendar (Yuliarti, 2007)








BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan ;                                                               Bahan;
Cawan petri                                                               -     kunyit
Sendok plastik                                                           -     boraks
Pipet                                                                            -     air
Kain putih                                                                   -     krupuk
Pisau                                                                            -     bakso
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu : sepulang sekolah (pukul 11.00-12.30)
Tempat penelitian : di laboratorium ipa sman 1 mojo
3.3 CARA KERJA
1. Mengupas kunyit, menghaluskan dan memberi sedikit air. Kemudian membungkus kunyit tersebut dengan kain putih, lalu memerasnya untuk memperoleh air kunyit.
2. Membuat  larutan boraks dengan cara memasukkan sedikit boraks ke dalam beberapa sendok teh air.( sesuai dengan kebutuhan )
3. Mencampurkan lima tetes larutan kunyit dengan lima tetes larutan boraks. Mengaduk kedua larutan itu hingga rata dan bewarna merah kecoklatan. Larutan merah kecoklatan itu dapat dijadikan indikator adanya kandungan boraks dalam bahan makanan.
4.  Menumbuk contoh makanan yang akan di uji hingga halus, dan meletakkannya dalam cawan petri.  Mengusahakan masing-masing bahan makanan tidak saling bercampur satu sama lain.
5. Dengan menggunakan pipet, meneteskan air kunyit ke atas contoh bahan makanan yang telah dihaluskan tadi.Lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.
Catatan :
Bahan makanan yang berubah warna menjadi merah kecoklatan setelah ditetesi air kunyit diduga mengandung boraks.




BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 DATA PENELITIAN
               
NO
JENIS BAHAN
KANDUNGAN BORAKS
POSITIF
NEGATIF
1
PENTOL


2
MIE SARIMI


3
KERUPUK















Berdasarkan data tersebut maka kami dapat membuat analisis data sebagai berikut :
1. Kerupuk mengandung boraks karena kerupuk berwarna orange kecoklatan setelah ditetesi dengan cairan kunir
2. Pentol tidak mengandung boraks karena tidak  berwarna orange kecoklatan setelah ditetesi dengan cairan kunir
3. Mie instan sarimi tidak mengandung boraks karena berwarna orange kecoklatan setelah ditetesi dengan cairan kunir

4.2 PEMBAHASAN
      1. makanan yang mengandung boraks mempunyai ciri ciri berwarna orange kecoklatan setelah ditetesi dengan cairan kunir
        2. penggunaan boraks dalam jangka panjang dapat mengakibatkan Pemakaian dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian.

Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen.
Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi.
Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih

3. adapun bahan alami yang lebih aman untuk menggantikan boraks antara lain :
Lengkuas karena Antimikroba
Peran lengkuas sebagai pengawet makanan tidak terlepas dari kemampuan lengkuas yang memiliki aktivitas antimikroba. Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), ataupun germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar komponen di dalam rempah-rempah bersifat sebagai antimikroba, sehingga dapat mengawetkan makanan. Komponen rempah-rempah yang mempunyai aktivitas antimikroba terutama adalah bagian minyak atsiri.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB yang dimotori oleh Winiati Pudji Rahayu misalnya telah membuktikan bahwa lengkuas merah yang muda memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi, yaitu dengan daya hambat rata-rata 38,3 persen. Lengkuas ini mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan perusak pada pangan khususnya terhadap Bacillus cereus. Penelitian yang dilakukan terhadap ikan kembung terbukti dapat memperpanjang masa simpan ikan kembung pada suhu 40 oC dari 5 hari menjadi 7 hari dengan menggunakan bubuk lengkuas 2,5 persen yang dikombinasikan dengan garam 5 persen.
Penelitian ini telah berhasil menemukan sebuah pengawet alami untuk membuat makanan tetap segar dan tahan lama. Pemanfaatan lengkuas diharapkan mampu memperpanjang masa simpan bahan pangan dan minuman tanpa mengurangi kualitas dan lebih penting tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Pengawet alami ini jelas lebih murah dan mudah didapat di sekitar kita.
Hal ini membuktikan bahwa alam telah menyediakan solusi yang murah dan aman untuk kesehatan. Formalin adalah masa lalu yang harus segera kita tinggalkan jauh-jauh sebagai pengawet makanan. Masih banyak cara yang aman dan alami untuk mengelola bahan makanan dan minuman supaya awet dan tahan lama tanpa mengensampingkan aspek keamanan bagi kesehatan manusia.
Bahan-bahan alami lain yang dapat di gunakan sebagai pengawet selain lengkuas antara lain
a. Bawang putih
b. Kubis menghasilkan asam laktat yang berguna untuk mengawetkan ikan yang dapattahan kurang lebih 12 jam.
c. Air ki di gunakan sebagai pengawet mi basah dengan cara saat proses pembuatan adonan, sebaiknya tepung diberi air ki selain diberi air biasa.

Cara pembatan air ki adalah :
jerami dibakar hingga jadi abu. Lalu abu jerami ini dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya saring sehingga sisa bakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa bakaran jerami inilah yang disebut denga air ki yang dijadikan campuran adonan mi. mi dapat bertahan selama 2 hari.
Ekstrak rempah-rempah (jahe,dapat digunakan pengawet alami pada bakso,kunyit sebagai pengawet pada mi, bunga kecombrang sebagai pengawet alami pada tahu.) sebagai pengawet alami pada makanan




BAB 5 PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
            Berdasarkan uraian diatas maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Makanan yang mengandung boraks akan berwarna orange kecoklatan setelah ditetesi cairan kunir.
2. Penggunaan boraks dalam jangka panjang dapat mengakibatkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian.
3. Adapun bahan alami yang aman untuk menggantikan borak antara lain
lengkuas, bawang putih,kubis,air ki

saran
1. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut agar mendapatkan data yang lebih akurat.
2. Kita harus waspada dalam mengonsumsi makanan agar kesehatan kita tetap terjaga.



















DAFTAR PUSTAKA



























LAMPIRAN



















    



Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya. Silahkan memberikan komentar dan menunggu saya memberikan balasan terhadap komentar anda.

Lebih baru Lebih lama