Dalam keheningan ini aku baru sadar kalau ternyata sebuah ilmu bisa merasa cemburu pada pemiliknya.
Ketika dulu di awal belajar ilmu kita begitu semangat untuk memahaminya tapi seiring berjalannya waktu kita mulai mengabaikannya, menganggapnya kurang penting atau bahkan melupakannya. Ia tak suka di lupakan. Ia ingin selalu diingat dan di sebut secara berulang-ulang sampai kita mampu menghafalnya di luar kepala.
Ketika dulu masih kecil kita begitu memperhatikan guru kita dalam menyampaikan ilmu. Mungkin waktu itu kita hanya takut tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru. Tapi sebenarnya tanpa sadar kita telah memperhatikan adab dalam menuntut ilmu yaitu memperhatikan pemateri sepenuh hati. Sehingga kita bisa fokus dan menyerap ilmu dengan maksimal. Ilmu itu bisa bertahan lama. Ditambah lagi kita selalu mengulang-ulang mempelajarinya.
Sedang kini ku dapati terkadang aku kurang memperhatikan adab kita dalam sebuah forum ilmu. Dalam forum offline mungkin raga di forum ilmu tapi mata dan hati menggeser-geser benda kotak hitam berisi sejuta fasilitas mengasyikkan. Atau dalam forum online, saat pemateri menyampaikan sesuatu terkadang kita sibuk dengan kegiatan lainnya sehingga tak begitu menyimaknya. Forum selesai, tapi ilmu tak sampai. Atau sebuah forum di Whatsapp dan sejenisnya. Sering terlintas pikiran nanti saja ku baca setelah kegiatanku selesai. Tapi ternyata kita lupa dan membacanya setelah beberapa waktu. Ah, memory penuh dan semua jejak-jejak ilmu terhapus. Kita tak sempat membaca atau membuat rangkumannya dengan buku dan pena. Padahal dulu buku dan pena adalah sahabat kita.
Ilmu juga cemburu atas alat Indra yang terkadang tak terjaga. Sedangkan ilmu hanya ingin hal-hal baik yang di lakukan oleh pemiliknya. Jika tidak, ilmu akan meninggalkan kita.
Ah, aku baru sadar sekarang.
Terkadang kita baru tersadar betapa berharganya sesuatu ketika sesuatu itu telah hilang dari kehidupan kita. Akankah selalu begitu?
Semoga saja tidak.
Semoga kita bisa menjaga sebaik-baiknya apa yang masih kita punya.